Rabu, 30 November 2016

Nunang Sebelas September Dua Ribu Enambelas…



Saya hendak mengabadikan salah satu moment penting dalam hidup saya yaitu misa perdanaku yang berlangsung di Paroki St. Mikael Nunang, Nunang, Wae Sano, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia pada tanggal 11 September 2016. Wajar kalau keluargaku, sahabat, kenalan, umat paroki Nunang, para konfrater Xaverian, dan semua yang hadir memusatkan perhatian kepadaku. Saya merasakan sungguh hal itu terjadi. Di lain pihak saya memusatkan perhatianku pada hal yang terkandung di balik kehadiran mereka: mereka datang untuk merayakan apa yang Tuhan kerjakan dalam hidupku melalui campur tangan mereka. Sebenarnya bukan saya yang menjadi obyek perhatian pada saat itu, melainkan terpusat pada rasa syukur karena Tuhan mendengar doa-doa kami. Di balik banyaknya umat yang hadir saya menangkap atau memetic sebuah pesan yang sangat mendalam dan sangat besar yaitu bahwa mereka datang mendoakan dan mendukung saya. Ini merupakan sebuah panggilan dan tugas yang perlu kuingat selalu dan perlu kujalani. Berikut ini saya lampirkan komentar yang kubuat sendiri untuk mengantar umat dalam mengikuti misa perdanaku. Di dalamnya terkandung pula makna yang kuberikan dari apa yang Tuhan limpahkan kepadaku.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Ibu, bapak, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, hari ini kita berkumpul untuk bersyukur kepada Allah atas rahmat-Nya yang berlimpah kepada kita, terutama atas rahmat imamat yang Tuhan anugerahkan kepada anak, adik, saudara kita P. Ferdinandus Supandri, SX yang telah ditahbiskan menjadi pelayan Tuhan dan Gereja-Nya di Paroki Santo Fransiskus Asisi, Aek Nabara, pada tanggal 30 Agustus 2016 yang lalu oleh Monsignor Anicetus Bongsu Sinaga, Ofm.Cap, uskup Keuskupan Agung Medan.
           
Selama 11 tahun P. Yanto (atau kerap dipanggil Pandri oleh teman-temannya di komunitas Xaverian) telah merelakan dirinya dibimbing dan dibentuk oleh Tuhan lewat nasihat, didikan, contoh dari orang tua dan keluarganya, juga sahabat kenalan, para pastor dan para pendidik yang telah mendampinginya. P. Yanto meyakini bahwa rahmat imamat khusus yang beliau terima bukanlah hasil perjuangan pribadinya, bukan pula karena kepintarannya belaka, juga bukan karena beliau lebih dari yang lain; melainkan karena Tuhan mendengar dan merestui kerinduannya, juga mendengar doa-doa umat paroki Nunan
g. Tuhan telah memilihnya di antara kita untuk diutus kepada kita, umat-Nya, oleh karena itu mari kita bersama-sama bersyukur atas perhatian Tuhan terhadap Gereja-Nya yang masih berziarah di dunia ini. 
Sakramen imamat yang beliau terima bukanlah hal yang harus dibanggakan karena merupakan anugerah Tuhan yang harus disebarluaskan atau diwujudnyatakan kepada umat yang dia layani. Untuk itu di awal panggilannya sebagai pengudus umat, pewarta Sabda Allah dan gembala Gereja-Nya kita mendukung dan mendoakannya agar, melalui cara hidupnya, kita dapat merasakan dan menikmati betapa baiknya Tuhan (bdk.Mzm 33/34,9) kepada kita.
            Pada kesempatan khusus ini, P. Yanto akan merayakan Ekaristi: menghadirkan kembali cinta Tuhan, lewat korban Yesus Kristus, yang besar kepada kita. Untuk itu marilah kita bersama-sama membuka hati agar Tuhan layak hadir dan membaharui hidup kita. Dengan meriah marilah kita menyanyikan lagu pembuka.