Saya dan Arnaud, konfratrer seangkatanku dari Camerun , berangkat dari Parma pada pukul
15.30 dan tiba di komunitas Xaverian di Salerno jam 23.30. Untuk sampai di
Salerno kami harus ganti kereta api 3 kali: Parma-Bologna, Bologna-Napoli,
Napoli-Salerno. Saya sangat menikmati perjalanan ini terutama dari
Bologna-Napoli karena untuk pertama kali
saya menggunakan kereta cepat, Freciarossa, artinya secara literal adalah panah
merah. Sama seperti panah, kereta ini melaju sangat kencang dan hanya berhenti
sekali di stasiun di Roma. Kami pun tiba
sesuai jadwal dalam tiket di Salerno.
Terlepas dari rasa nyaman dan selamat selama dalam
perjalanan dari italia utara ke italia selatan saya menyadari suatu hal yang
istimewa yang belum kutemukan di negeriku tercinta dan hal istimewa ini tidak
mau kuabaikan begitu saja. Saya mau belajar dari hal yang kulihat dan mau
bermimpi agar negaraku tercinta suatu saat nanti bisa menirunya. Persis hal yang kulihat inilah yang mau saya kisahkan
dalam goresan ini.
Selama dalam kereta maupun saat di stasiun menunggu kereta,
saya tidak menemukan hal-hal yang
kulihat di stasiun maupun dalam kereta di Jakarta. Semua penumpang duduk di tempat duduknya masing-masing: baca
majalah, buku, koran, yang lainnya sibuk dengan computer atau handphone. Tidak
kutemukan sampah bersererakan di mana-mana, tidak ada pemulung yang keluar
masuk kereta. Di stasiun saat menunggu kereta tidak kutemukan orang yang
menyeberang rel kereta api karena sudah tertulis di bahu rel kereta untuk tidak
menyeberangi rel kereta api. Pokoknya semuanya teratur baik.
Ketika melihat semuanya ini saya kemudian sadar bahwa saya
sedang berada di sebuah negara maju di eropa, negara yang terkenal dengan
seribu piazza juga negara penuh dengan karya seni. Masyarakatnya sudah maju.
Ukuran kemajuannya dapat dilihat tidak hanya dalam cara mereka berpikir
maupun kemajuan dalam bidang sains dan teknologi melainkan juga mereka maju dalam hal kesadaran dan tanggung
jawab sosial satu terhadap yang lain. Saya sering mendengar ucapan bahwa orang
eropa itu sangat individualis. Hal itu memang ada benarnya, tapi hal itu tidak
menjadi semacam alibi untuk menutup diri dari hal-hal positif yang ada pada
mereka.
Kesadaran dan tanggung jawab
sosial ini dapat dirasakan saat berada di hadapan loket untuk membeli tiket. Pembeli
tidak dipersulit. Harga tiket dapat dengan mudah diketahui lewat internet. Tidak
ada calo. Ketika seorang penumpang sedang melakukan transaksi jual beli tiket,
penumpang yang lain tahu diri untuk menunggu giliran dan berada dalam barisan. Tidak
ada namanya “main serbu saja” Yang satu menghargai yang lain. Sebaliknya juga
begitu.
Saat masuk keluar kereta
semuanya berjalan lancar. Penumpang yang mau turun didahulukan. Begitu masuk
yakinlah bahwa nomor kursi yang tertera di tiket sudah siap untukmu. Tidak ada
yang merebutnya. Tidak ada penumpang masuk keluar lewat jendela. Jangankan
penumpang, barang-barang bawaanpun tidak kulihat bahwa dimasukkan atau
dikeluarkan lewat jendela
Kalau di Jakarta,
penumpang kadang pusing menolak tawaran juru angkat barang yang terkesan
memaksa agar barang bawaannya dipercayakan kepadanya dengan imbalan jasa
tertentu, di stasiun di Italia hal seperti itu belum pernah kutemukan. Yang kulihat
adalah pekerja yang membersihkan stasiun, yang bekerja dengan penuh dedikasi. ,
Orang-orang yang ada di
stasiun adalah orang-orang yang memang mau bepergian atau para petugas yang
bekerja/yang sedang dinas meskipun juga ada penjual tapi para penjual ini
berada di luar stasiun. Belum kutemukan para penjual jalanan yang menawarkan
jualannya. Yang ada adalah semacam warung self-service
di mana dalam warung itu sudah tertera semua harga dari jenis barang yang
dijual berikut nomor urutnya masing. Ketika seseorang hendak membeli snack atau sebotol air, cukup dengan
melihat nomor dan harganya. Untuk membelinya, cukup memasukkan sejumlah uang
sesuai harga barang yang bersangkutan. Dengan sistem ini, dalam ruang
tunggu, para penumpang merasa nyaman tanpa merasa takut barang-barangnya
dicuri.
Selain itu kereta api masuk keluar stasiun pada umumnya
tepat waktu, sesuai dengan jadwal yang telah dipastikan. Keterlambatan kereta
api tentu saja ada, tetapi tidak terjadi setiap hari. Kepastian jadwal ini
meyakinkan penumpang bahwa mereka dapat sampai di tempat tujuan sesuai dengan
waktu yang diperikirakan.
Di hadapan situasi ini saya merasa sangat terpesona karena
semuanya telah dijadwalkan dengan teliti dan baik. Lebih dari itu saya merasa
kunci dari semua realta positif yang kulihat terlaksana seperti ini bukan hanya
karena sudah diatur memang seperti itu. Saya melihatnya bahwa masyarakat sudah
merasa sangat penting untuk menaati hukum karena dengan cara seperti itu mereka
dapat mewujudkan kebutuhan mereka juga mewujudkan kebutuhan orang lain. Dengan demikian
saya mengerti mengapa orang barat beda dengan orang Indonesia. Perbedaanya tereletak
pada kesadaran dan tanggung jawab sosial dari masyarakatnya.
Satu hal yang kusadari penting adalah bahwa berdisiplin,
membiasakan diri tepat waktu/bertanggungjawab atas hal yang sedang dilakukan,
tidak hanya bermanfaat untuk keperluan pribadi tetapi merupakan sebuah sikap
menghargai orang lain.
Berangkat dari kesadaran ini saya pun berani mengatakan
bahwa ketika saya memandang realta dengan teliti, realta itu sendiri menyatakan
banyak hal atau lebih tepatnya mengajarkanku tentang arti atau makna atau di
balik realta itu ada suatu makna positif yang bisa kupetik.
Yanto
Salerno,
30 maggio 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar